Panglimanews.com – Forum Koalisi Rakyat Bersatu (F-KRB) mendesak Kadis Dinas Pendidikan (Kadisdik) Makassar untuk segera mencopot oknum guru dan Komite SD Inpres Toddopuli 1 terkait dugaan pungli.
“Kami meminta Pak Kadisdik Makassar segera bertindak jangan diam, copot oknum guru dan komite sekolah yang terlibat pungli” kata Bima Ketua F-KRB melalui keterangan tertulisnya, Kamis (8/6/2023)
Mantan aktivis senior ini mengatakan, bahwa darurat pungli ini pihaknya sudah menerima bukti laporan akan adanya pungli di sekolah itu termasuk dari sejumlah orangtua murid yang keberatan
“Dengan adanya informasi ini kami sudah mengumpulkan bukti dan akan melaporkannya ke pihak aparat kepolisian” bebernya
F-KRB akan mendorong pihak Kepolisian setempat untuk memeriksa terhadap kasus ini dan meminta keterangan dari para saksi yang terlibat.
“Jika terbukti bersalah, oknum guru dan komite sekolah tersebut akan dihadapkan pada konsekuensi hukum sesuai dengan peraturan yang berlaku.” ucap Bima
Bima juga meminta agar Dinas Pendidikan Makassar memberikan sanksi yang berat terkait kasus ini bila terbukti adanya pungli.
“Jadi Disdik Makassar dan DPRD Kota Makassar tidak bisa diam, segera menindak lanjuti persoalan pungli SD Inpres Toddopuli 1 ini” tegasnya
“Apalagi soal pungutan ini sudah beberapa kali diingatkan agar tidak dilakukan apalagi nilainya tersebut sangat besar dan sebagian ada orang tua murid dipaksakan” pungkasnya
Diberitakan sebelumnya, SD Inpres Toddopuli Makassar disinyalir menjadi saran pungutan liar yang dilakukan oleh sejumlah oknum guru.
Dugaan pungli ini terungkap dari sejumlah laporan orang tua murid yang mengharuskan menyetor uang Rp 500 ribu per setiap siswa kepada guru dan komite sekolah
Pungutan uang senilai itu digunakan untuk kegiatan perpisahan siswa di hotel Claro, Makassar pada 10 Juni 2023 mendatang.
Salah seorang orang tua murid mengatakan, awalnya dia tidak mengambil pusing rencana agenda perpisahan tersebut.
Namun beberapa pekan terakhir dia gelisah, karena pihak sekolah justru meminta muridnya agar ikut agenda ini.
“Permintaan seperti ini bisa menimbulkan beban psikologis ke anak saya, karena dikhawatirkan bila tidak ikut bakal ditegur wali kelasnya,” kata salah satu orang tua murid yang enggan menyebutkan namanya kepada media, Kamis (8/6/2023)
Dari beban itu kata dia mengaku keberatan dengan agenda perpisahan ini. Selain mengeluarkan biaya yang cukup besar, agenda seperti ini juga kurang mendidik dan hanya mengedepankan hiburan semata.
“Kegiatan ini tidak ada kaitannya dengan kegiatan belajar mengajar dan kami khawatir bila tidak ikut akan berakibat ke anak didik menjelang kelulusan,” ujarnya.
Hingga berita ini diterbitkan belum ada komentar oknum guru dan komite sekolah terkait soal dugaan pungli ini.
(Tim)